Tahun 2018 nih.
Gimana kabarnya? Kabar mimpi-mimpinya? ea hehe.
Eh, judulya tilang nih pasti isinya tau kan?
Yup, gue mau sharing tentang pengalaman gue di tilang.
Ditilang kok bangga sih cit? Enggak, bukan gitu, biar aku jelasin dulu. Apaan sih cit?
Jadi... 2018 baru aja ganti. Ini masih bulan Januari. Dan gue udah kena tilang aja. Emang sih akhir-akhir ini polisi memang sedang giat bekerja (hehe maaf pak). Dan gue termasuk pengendara dengan tipikal anti nawar nawar club. Apa tuh? Gue diajarin sama bokap gue untuk tidak rendah harga diri. Slogan bokap gue adalah "kalau ditilang biar saja tidak perlu minta damai, selow aja nak kayak dipantai" engga gitu sih hehe.
Bapak gue sih bilang kalau "Ditilang saja tidak usah nawar nak, berat, biar papa saja" kata papahku dilan. Duh, monmaap yak...
Oke, mulai dari pengalaman pertama gue kena tilang.
Di Cirebon, tepatnya sekitar tahun 2011 gue dulu ditilang bareng ex-boyfriend, kita taat kok, cuma salahnya pada saat itu kita berdua mau ke tempat perbelanjaan dan tepat didepan tempat perbelanjaan itu memang ada polisinya. Satu menit lagi mau sampe, gue dengan santainya lepas helm tanpa fikir panjang. Kenapa? karena yang ada di fikiran gue saat itu "gue mau rapihin rambut ah sebentar lagi sampe, masa rambut bentuk helm gitu kan modelnya", lekuk-lekuk lu tau kan lah ya hehe iya gue belum berhijab waktu itu.
Waktu itu yang ditilang si ex gue, tapi gue lupa seinget gue sih doi ngebujuk papol. Intinya itu pengalaman pertama gue berhadapan dengan polisi. Dan pengalaman pertama gue nyakssiin transaksi tawar-menawar alias negosiasi tilang. Fyi, jalan sama ex gue ini kayaknya setelah itu gue jadi sering kena tilang dan gue lupa udah berapa kali.
Selanjutnya untuk pertama kalinya STNK gue yang ditilang, Di Cirebon juga gue pernah berdua temen gue hampir sama kasusnya cuma temen gue emang ga pake helm dr awal salahnya. Gue ditilang karna belom punya sim dan helm cuma 1. Dan pengalaman ini adalah pertama kalinya gue nebus STNK pake CALO. Sebenernya si calonya temen gue juga tapi beda sekolah dan ga deket. Kok bisa cit? Iya dia temennya ex.
Dua pasal gue kena 90 ribuan deh kalau enggak salah sama biaya calo. Hem pake jasa calo kira-kira gue udah 2x, 1 laginya buat nebus sim temen gue di Jakarta.
Dipalakin pertama kalinya, di Jakarta waktu itu gue nganterin temen gue balik sebut saja Devi, karena nggak tahu jalan kita percayakan semuanya sama aplikasi android bernama "Waze". Karna bingung juga nggak sambil lihat tanda real dijalanan, kita masuk jalur cepat, jalur cepat itu untuk pengendara mobil, kalau motor harus berada di jalur lambat, kebetulan gue emang pake motor terus kemana-mana. Gue bingung banget karna disepanjang jalan ga ada motor sekeliling gue, akhirnya puter balik dengan lawan arah berharap ada orang yang kasih pencerahan. Dari jauh terlihat motor menghampiri, gelagatnya sih polisi, disitu perasaan gue gini "Ya Allah ada polisi nyamperin nih bisa nanya jalan yang benar Alhamdulillah" dengan wajah sangat lugu dan perasaan penuh syukur kita bertanya "Pak, Kita nyasar saya mau ke arah Jakarta Selatan tapi ga ada pengendara motor disini, lewat mana ya pak harusnya?" tetapi polisi itu ternyata malah memarahi kami, tidak ingin mendengar penjelasan apapun dan yang ngga gue sangka adalah dia lalu meminta kami sejumlah uang, waktu itu kami sedang tidak membawa banyak uang, awalnya diminta 100 ribu, tapi setelah kita cek hanya ada 20 ribu, sembari "pura-pura" mengatur lalu lintas, petugas itu tangan kirinya ke belakang badan siap menerima uang yang akan kami berikan. Setelah kami selesai, dia bilang "ikuti saya nanti pertigaan kalian belok kiri saya mau ke kanan" gue sempat shock dengan perlakuan tersebut.
Ditilang surat biru untuk pertama kalinya, gue sering banget masuk jalur busway dulu pas kerja di tempatin di Cipinang karna tempat kerja gue waktu itu puter balik, ga pernah ada polisi selama hampir setahun, jadi gue addict jalur busway. Hari itu gue ga lihat berita ada sweeping jalan, dan gue kena tilang surat biru.
Dulu pertama kalinya tilang surat biru agak aneh, tapi sekarang tilang surat biru biasa aja kok sama kayak surat merah.
Dulu itu peraturannya harus transfer sebanyak denda maksimal di Bank yang tertera disurat atau yang Petugas jelaskan, jadi gini tutorialnya:
- Gue dapet surat tilang biru yang tertera tanggal sidang, Bank BRI untuk denda maksimal, dan tempat sidang.
- Sampai batas tanggal tertera gue boleh kapan aja transfer ke Bank ybs*, gue waktu itu h-2 sidang kayaknya ke Bank.
- Di Bank, petugas Bank tahu kalo kita nanya "saya mau bayar denda tilang" ada loket khusus bayar kayaknya sih gabung sama loket setoran di Bank, lalu gue bayar sesuai denda maksimal tanpa menyebutkan nomor rekening siapapun waktu itu 500ribu, kan otomatis ya denda langsung ke pemerintah jadi pihak Bank udah tau banget.
- Gue ikut sidang untuk pertama kalinya, ngantri panjang bgt. ngambil nomor, dapet ruangan sidang sama nama jaksa apa hakim sih gue lupa, pas diruangan cuma dipanggil aja nama sama disebutkan jumlah denda yang harus dibayarkan, waktu itu sekitar Rp. 100 ribuan dendanya terus ke loket pengambilan SIM terus ngantri lagi di bikinin surat untuk pengambilan sisa uang di Bank yang kemarin gue transfer.
- Gue pergi ke bank yang kemarin, ngantri lagi, baru deh cair uang sisanya
Setelah pengalaman sidang, gue dikasih wejangan sama Papa gue, begini
"nak, sudah mencoba sidang? bagaimana lelah kan? Besok-besok kalau ditilang, lewatkan saja sampai tanggal sidangnya terlewat, nanti kamu coba ambil di kejaksaan, coba deh bedakan mana yang lebih enak pengambilannya"Jadi intinya, tips dari bapa gue adalah kalau ditilang, biarin aja gak usah ikut sidang, ambil langsung di kejaksaan aja. Terus nanti gimana cit? Gini..
Setelah gue dapet secercah harapan akan kemudahan pengambilan kalau kena tilang, setelah sekian lama semenjak itu di tahun awal 2018 gue ditilang, suratnya biru, tapi sistemnya seperti surat merah, tidak ada denda maksimal yang harus dibayarkan diawal seperti yang lalu, mungkin peraturan berubah-ubah atau denda maksimal hanya diperuntukan untuk Pengendara yang melanggar jalur busway saja gue kurang paham.
Gue ikutin semua saran Papa, tanggal 26 Januari 2018 adalah tanggal sidang, tapi gue lewatin, gue ambil di Kejaksaan Jakarta Pusat tepatnya di kemayoran tanggal 29 Januari 2018.
Dengan modal waze dan google, hari terasa mudah dijalani, hehe.
- Gue pergi ke kejaksaan 3 hari setelah hari sidang.
- Setelah sampai gue cari loket pengambilan berkas tilangan.
- Surat tilang gue taruh di kotak depan loket pengambilan yang sudah tersedia.
- Menunggu dipanggil dengan nama setelah kurang lebih 30-40 menit.
- Sembari menunggu searching google "kejaksaan jakarta pusat tilang 26 jan 18" nanti ada website kejaksaan pertanggal sidang klik tanggalnya terus ketik di kolom search nama kamu, atau nomor plat atau nomor surat tilang nanti disana tertera jumlah denda yang harus dibayarkan, kemarin gue 70 ribu.
- Setelah dipanggil, bayar, pulang.
See? Jadi Papa memang sudah banyak makan garam alias banyak pengalaman karena sehari-harinya Papa memang berkutat dengan jalanan. Jadi, itu aja sih sharing dari gue intinya patuhi rambu-rambu lalu-lintas, peraturan di jalan, tidak ugal-ugalan, and Be Safe Drive Smart.
Terimakasih yang sudah mampir di blog gue yang sangat amat masih berantakan ini, semoga bermanfaat, silakan tinggalkan kritik dan saran yang sopan :)
Sekali lagi...
Arigatou, thankyou, terimakasih.
Mampir juga di instagram citra di @lestaricicit .