Senin, 10 November 2014

Sedikit menghilang



Kebebasan adalah suatu hal yang dilakukan dalam tempo yang berdekatan dalam jangka yang lama yang membuat seseorang menjalani aktivitas yang itu-itu lagi dan cenderung menyukainya atau ada di dalam perasaan nyaman dengan melakukan kegiatan dengan hal sama secara berulang-ulang.
Kebiasaan bisa hilang dan bisa memuncak ada waktu habis dan waktu aktivnya mungkin. Misalnya sebulan belakangan ini aku sedang menyukai Kebab makanan khas timur yang lezat itu. Tapi 2 minggu setelah satu bulan itu kebiasaan mengkonsumsi Kebab berkurang, berkurang, dan lama-lama menjadi jarang. Tapi sewaktu-waktu aku akan merindukan mengkonsumsi Kebab dan terbiasa lagi dan hilang lagi. Hmmmm aku jadi ingat tentang kebiasaan yang dilakukan seseorang untuk orang yang dicintainya. Dia mengaku mencintainya maksudku. Apa akan sama seperti Kebab tadi? Atau akan bagaimana? Karena sukanya kita terhadap makanan itu didasari oleh rasa Cinta. Begitupula perasaan manusia yang cintanya sangat bervariatif.
Bagaimana jika setiap hari dia mencintaimu dan tiba-tiba dia tidak lagi menintaimu? Sama seperti.... dulu setiap hari waktu pendekatan didekati dengan berbagai cara dengan kebiasaan dia mengirimi pesan singkat setiap hari, pagi, siang, sore, malam, memberi ucapan atau puisi disetiap detiknya, memberi sekuntum bunga mawar setiap malamnya.  Bernyanyi disetiap detik menjelang tidurnya. Mungkin dalam jangka 1 2 bulan masih begitu, tapi setelah 3 atau 4 bulan dia tiba-tiba mnghilangkan sedikit demi sedikit kebiasaan itu. Sampai akhirnya hilang sudah kebiasaan itu. Yang ada hanya kenangan.
Aku masih bingung, kenapa ada perasaan yang hilang dan ada yang tetap dihati?
Aku pernah merasakan ini perasaan hilang menghilang. Apa semua tidak bisa ada yang utuh? Atau tetap dihati paling tidak. Mengapa selalu ada proses menghilang?
Dulu, aku kira perasaan menghilang bisa aku atasi dan aku akan tetap tidak akan menghilang tapi tidak dengan yang terjadi. Yang terjadi proses kehilangan selalu terjadi setelah terjadi kemunculan yang memuncak. Tidak ada cinta yang abadi. Walaupun namaku lestari tapi cinta ku tidak abadi. Mungkin keabadian itu hanya urusan Tuhan, Allah Sang Pemilik Rasa.

Biarkan Merpati Terbang



Judul itu tiba-tiba ingin aku narasikan dengan banyak hal kata-kata itu tidak asing bagi telinga kita. Kita semua berfikiran bahwa membiarkan merpati terbang adalah sesuatu hal yang mungkin resikonya adalah merpati itu tidak akan kembali lagi. Atau bisa jadi ia kembali dan tiba-tiba membawa sepucuk surat. Ah, khayalanku memayah!
Jadi, dulu tepatnya sewaktu aku kelas 1 SMK. Aku merasakan jatuh cinta pada lawan jenisku. Kita seperti berada di dunia yang isinya hanya ada kita, tiada yang lain. Perasaan Indah itu memang hanya sesaat. Padahal kita bedua berjanji, dan  merangkai banyak impian. Yang sepertinya tidak akan pernah berubah. Sebentar, 3 tahun 5 bulan tepatnya. Saat-saat yang memuncak di usia itu. Aku tidak dapat lagi bertahan. Aku ingin menjadi burung merpati yang dapat terbang bebas.
Terbang dengan bebas tanpa kandang dari emas sekalipun. Aku kira aku tidak penah akan kenal dengan cinta lagi. Mungkin aku rencanakan memulai lagi berhubungan dengan teman lelaki  sekitar 5 tahun yang akan datang. Tapi ternyata belum setahun tepatnya 2 bulan aku bebas. Aku jatuh lagi dalam rasa yang nikmat itu tapi dalam lubang yang berbeda.
Aku bingung, kenapa perasaan ini bisa ada dan datang begitu saja? Ternyata aku termasuk orang yang cepat move-on.
Biarkan merpati terbang, sekarang orang yang menjatuhkan hatiku kedalam hatinya, berbeda dengan orang yang dulu memasukkan aku ke kandang emasnya. Dia membiarkan aku terbang bebas kemanapun aku pergi....
Indah rasanya menjadi merpati yang terbang bebas. Di lubuk hati ini memang senang tapi disisinya, kadang ada kekhawatiran pada dirinya yang juga ikut terbang dalam bebasnya. Semoga merpati yang terbang bebas tetap tahu dimana dia harus pulang kembali..........

Rusa yang tak tahu membalas budi


ini cerita karangan gue waktu SD kelas 3...... heheh
yuuuk simak :)
                Suatu hari di Hutan anak lelaki pecinta flora yang bernama Erik. Dia suka mengumpulkan atau mengoleksi tumbuhan langka di rumahnya dengan berjelajah di hutan-hutan.
                Erik juga tak melupakan jenis bunga atau tumbuh-tumbuhan yang ia cari, ketika ia mencari bunga, ia melihat seekor rusa yang terbaring karena tertembak. Lalu Erik membawa rusa itu ke rumahnya, rusa itu di obati oleh Eric dengan hati-hati. Setelah beberapa hari luka pada rusa itu sembuh, Eric pun merawat rusa itu dengan hati yang penuh kasih sayang.
                Tapi Eric juga masih memperhatikan floranya pun dengan baik, tetapi rusa  itu mempunyai hati yang jahat, sewaktu Eric pergi selama satu minggu  mencari flora yang langka, rusa menginginkan tumbuhan yang ada di depan rumah Eric sebagai sarapan dalam satu minggu.
                Satu minggu pun berlalu, Eric datang dengan membawa 12 macam bunga langka, setelah Eric datang dan ingin menanam bunga di rumah kaca, Eric terkejut melihat tanaman yang berantakan itu dan layu, hanya 1 sampai 2 tanaman saja yang utuh semua habis, kosong, layu, dan tertindas. Eric mencari rusa itu, karena hanya Eric dan rusa saja yang bisa memasuki, Eric curiga pada rusa.
                Tapi malangnya Eric, rusa itu sudah kabur, sudah susah payah selama bertaun-taun Eric mengoleksi flora langka, tapi setelah bertaun-taun Eric mengoleksi flora langka tapi setelah ia pelihara rusa musnahlah sudah flora langka yang ia kumpulkan. Didalam hati Eric pun berkata mengapa rusa itu tidak berbelas kasihan pada aku dan floraku.

Minggu, 09 November 2014

LAMUNAN IBU



              
  Akhir-akhir ini nilai aku di Sekolah memang cukup menurun, tapi aku belum tahu sebabnya, aku hanya menebak saja kalau nilaiku menurun karena akhir-akhir ini aku sibuk bermain komputer dan handphone. Tapi aku tidak akan mengecewakan Ibu, walau aku sering sekali membuatnya jengkel karena tingkahku. Tapi bijaknya Ibu jika aku berbuat ulah, dia membelaiku dengan kasihnya, dan berucap lembut agar tidak mengulanginya. Walau beberapa kali aku tetap mengulang, Ibu tetap sabar. Tapi entah mengapa 2 hari ini Ibu terlihat melamun dan sedih.  Aku khawatir dengan  keadaannya, apa Ibu sakit? Atau ada masalah yang memberatkannya? Kadang aku berucap kepadanya “mengapa ibu?” tapi beliau menjawabnya dengan senyum simpul  yang membuatku sukar mengartikan arti dari senyuman itu Ibu itu. Tapi, aku tetap saja memikirkannya.
                Biasanya Ibu menaruh baju sergamku untuk dipakai olehku di meja dekat laci bukuku yang tersusun dan terlipat rapi dengan harumnya. Tapi, mengapa hari ini tidak? Apa Ibu lupa? Apa Ibu sangat sibuk sehingga tidak sempat untuk itu? Apa mungkin Ibu capek? Atau barangkali Ibu ketiduran? Pertanyaan-pertanyaan dalam hatiku semakin banyak. Dan semua itu membuat aku bingung,  tidak perna Ibu seperti ini sebelumnya. Sikapnya sekarang menjadi dingin. Sampai-sampai nilaiku mankin menurun di buatnya. Pikiranku di Sekolah hanya tertuju pada Ibu. Akupun sering kali tidak mendengarkan penjelasan guru di Sekolah. Terkadang hatiku ingin bercerita pada teman, sahabat atau guru. Tapi aku merasa tidak percaya diri untuk membicarakan hal ini, dan aku rasa aku masih bisa mengatasinya sendiri. Aku memang tidak memiliki kakak begitu pun adik. Aku anak semata wayang  dan ayahku bekerja keras sampai-sampai tidak ada waktu untuk pulang tiap hari. Mungkin 1 atau 2 minggu Ayah pulang sesekali. Dan berangkat lagi. Memang cukup lama untuk menantinya pulang, sehingga aku dan Ibu kekurangan kasihnya.T api Ibu berusaha agar dapat memenuhi kebutuhan kasih sayang seoarang Ayah kepadaku. Layaknya tak punya Ayah.
                Ketika pulang sekolah, aku mencari Ibu. Aku tengok ke kamarnya kosong begitu pula di dapur. Kemana ibu? Tidak biasanya ketika aku pulang sekolah wajah ibu tidak tampak di depan pintu. Lalu aku masuk ke kamarku, tiba-tiba saja ibu dan ayah sudah berdiri menyambutku di  kamar, terlihat tangan ibu sedang membawa kue besar dan di tangan ayah dua hadiah untukku, merekapun bersorak dan bernyanyi untukku.  Setelah itu mereka memelukku dan berucap “Selamat Ulang tahun Andini putriku”. Sekarang  aku tahu mengapa Ibu bertingkah seperti itu dan sering melamun ternyata Ibu mengingatnya, hari ulang tahunku. Ibupun tersenyum manis kepadaku dan itu adalah hadiah yang berharga bagiku yaitu ketika “Ibu Tersenyum”.

                Akhir-akhir ini nilai aku di Sekolah memang cukup menurun, tapi aku belum tahu sebabnya, aku hanya menebak saja kalau nilaiku menurun karena akhir-akhir ini aku sibuk bermain komputer dan handphone. Tapi aku tidak akan mengecewakan Ibu, walau aku sering sekali membuatnya jengkel karena tingkahku. Tapi bijaknya Ibu jika aku berbuat ulah, dia membelaiku dengan kasihnya, dan berucap lembut agar tidak mengulanginya. Walau beberapa kali aku tetap mengulang, Ibu tetap sabar. Tapi entah mengapa 2 hari ini Ibu terlihat melamun dan sedih.  Aku khawatir dengan  keadaannya, apa Ibu sakit? Atau ada masalah yang memberatkannya? Kadang aku berucap kepadanya “mengapa ibu?” tapi beliau menjawabnya dengan senyum simpul  yang membuatku sukar mengartikan arti dari senyuman itu Ibu itu. Tapi, aku tetap saja memikirkannya.
                Biasanya Ibu menaruh baju sergamku untuk dipakai olehku di meja dekat laci bukuku yang tersusun dan terlipat rapi dengan harumnya. Tapi, mengapa hari ini tidak? Apa Ibu lupa? Apa Ibu sangat sibuk sehingga tidak sempat untuk itu? Apa mungkin Ibu capek? Atau barangkali Ibu ketiduran? Pertanyaan-pertanyaan dalam hatiku semakin banyak. Dan semua itu membuat aku bingung,  tidak perna Ibu seperti ini sebelumnya. Sikapnya sekarang menjadi dingin. Sampai-sampai nilaiku mankin menurun di buatnya. Pikiranku di Sekolah hanya tertuju pada Ibu. Akupun sering kali tidak mendengarkan penjelasan guru di Sekolah. Terkadang hatiku ingin bercerita pada teman, sahabat atau guru. Tapi aku merasa tidak percaya diri untuk membicarakan hal ini, dan aku rasa aku masih bisa mengatasinya sendiri. Aku memang tidak memiliki kakak begitu pun adik. Aku anak semata wayang  dan ayahku bekerja keras sampai-sampai tidak ada waktu untuk pulang tiap hari. Mungkin 1 atau 2 minggu Ayah pulang sesekali. Dan berangkat lagi. Memang cukup lama untuk menantinya pulang, sehingga aku dan Ibu kekurangan kasihnya.T api Ibu berusaha agar dapat memenuhi kebutuhan kasih sayang seoarang Ayah kepadaku. Layaknya tak punya Ayah.
                Ketika pulang sekolah, aku mencari Ibu. Aku tengok ke kamarnya kosong begitu pula di dapur. Kemana ibu? Tidak biasanya ketika aku pulang sekolah wajah ibu tidak tampak di depan pintu. Lalu aku masuk ke kamarku, tiba-tiba saja ibu dan ayah sudah berdiri menyambutku di  kamar, terlihat tangan ibu sedang membawa kue besar dan di tangan ayah dua hadiah untukku, merekapun bersorak dan bernyanyi untukku.  Setelah itu mereka memelukku dan berucap “Selamat Ulang tahun Andini putriku”. Sekarang  aku tahu mengapa Ibu bertingkah seperti itu dan sering melamun ternyata Ibu mengingatnya, hari ulang tahunku. Ibupun tersenyum manis kepadaku dan itu adalah hadiah yang berharga bagiku yaitu ketika “Ibu Tersenyum”.